AIDA
Dalam komunikasi pemasaran perlu
dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan
dilakukan. Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar
harus memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa
cognitive (tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral/conative
(tahap tindakan pembelian).
Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38 )
Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38 )
Teori keputusan pembelian dalam
model AIDA dijelaskan dalam empat tahap sebagai berikut:
- Tahap Menaruh Perhatian (Attention)
- Tahap Ketertarikan (Interest)
- Tahap Berhasrat/Berniat (Desire)
- Tahap Memutuskan untuk aksi beli (Action)
Teori AIDA (Tjetjep Djatnika,2007)
yang mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses
psikologis yang dilalui oleh Konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali
dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang
kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest)
untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang
jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat
(Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena
dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau
pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau
jasa yang di tawarkan.
IMPLUSE BUYING
Impulse buying adalah
proses pembelian suatu barang, dimana sipembeli tidak mempunyai niatan untuk
membeli sebelumnya. Pembelian
Tanpa rencana. Ya ini
adalah pembelian seketika.
Impluse
buying terjadi karena beberapa faktor, seperti:
·
Yang pertama :
dipengaruhi oleh Display / Penampakan / Merchandising / Signage.
Karena melihat sesuatu di dekat kasir, maka si pembeli tiba-tiba teringat untuk membelinya juga. Misalnya Permen, Koran,
Coklat, Baterei, Majalah, dan sebagainya. Biasanya barang-barang ini diletakkan di dekat
check out counter – kasir. Dan para Produsen itu ada yang rela membayar ”Placement Fee” tertentu untuk
bisa meletakkan produk mereka didekat kasir. Menjaring last minutes buyers tersebut.
·
Yang kedua : Karena Latah
atau Ikut-ikutan
Melihat seorang Bapak yang keren dan modis mengambil deodoran A. Maka dia ikutan untuk membeli deodoran tersebut. Tertarik ingin seperti Bapak yang di
lihat itu. Padahal deodoran di rumahnya masih penuh, belum terpakai. Bisa juga karena
melihat orang berkerumun dan berebutan membeli
sekantong kelengkeng. maka dia cepat-cepat
juga mengikuti
dan pilah – pilih kelengkeng itu. Padahal di rumah sudah ada buah satu kulkas penuh.
·
Yang ketiga: Rayuan
Promosi
Ini biasa dilakukan oleh Sales Promotion Gir l(SPG). Bisa juga karena ada iming-iming hadiah. Misal mulanya dia nggak niat beli minuman kesehatan A, karena merasa belum perlu tetapi karena dirayu
SPG yang cantik akhirnya jadi beli.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang membeli
sesuatu diluar rencana, yaitu :
1. Hasrat untuk mencoba barang atau merk baru.
1. Hasrat untuk mencoba barang atau merk baru.
2. Pengaruh dari iklan yang ditonton sebelumnya.
3. Display dan kemasan produk yang menarik.
4. Bujukan Salesman atau Sales Promotion Girl.
Strategi produsen dalam menjaring impulse buying
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi atau promosi harus mind catching,
misalnya : menggunakan publik figur sebagai bintang iklan.
2. Distribusi : produk harus semudah mungkin diakses oleh konsumen, misalnya : meletakkan produk (permen,coklat,batu battery, dan produk low involvement lainnya) di kasir swalayan atau toko.
2. Distribusi : produk harus semudah mungkin diakses oleh konsumen, misalnya : meletakkan produk (permen,coklat,batu battery, dan produk low involvement lainnya) di kasir swalayan atau toko.
3. Display produk yang menarik. Sebagian besar
konsumen yangmelakukan impulse buying adalah wanita dan anak-anak. Dan mereka
biasanya tertarik dengan kemasan produk yang menarik. Mengapa fokus pada anak
anak ?
Walaupun mereka bukan yang pegang uang, dan tidak memiliki purchasing power yang independen, namun anaka-anak merupakan influencer yang tinggi dalam memilih barang. Bayangkan bila si kecil tiba-tiba mogok didepan barang yang diinginkannya, tentu orang tua tidak punya pilihan lain selain mengabulkan permintaannya.
4. Produk yang inovatif : konsumen cenderung mencoba produk produk baru. Dan, bisanya produk yang hanya rata rata, memiliki potensi yang rendah dalam menarik impulse buying. Usahakan produk Anda seinovatif mungkin, baik dari kualitas maupun kemasannya.
Walaupun mereka bukan yang pegang uang, dan tidak memiliki purchasing power yang independen, namun anaka-anak merupakan influencer yang tinggi dalam memilih barang. Bayangkan bila si kecil tiba-tiba mogok didepan barang yang diinginkannya, tentu orang tua tidak punya pilihan lain selain mengabulkan permintaannya.
4. Produk yang inovatif : konsumen cenderung mencoba produk produk baru. Dan, bisanya produk yang hanya rata rata, memiliki potensi yang rendah dalam menarik impulse buying. Usahakan produk Anda seinovatif mungkin, baik dari kualitas maupun kemasannya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar