My List

Minggu, 17 November 2013

Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.

Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

  •  Gaya Hidup AIO (Activity, Interest, Opinion)

Psikografik (Psychographic) adalah ilmu tentang pengukuran dan pengelompokkan gaya hidup konsumen (Kotler, 2002, p. 193). Sedangkan psikografik menurut Sumarwan (2003, p. 58), adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar. Analisis psikografik biasanya dipakai untuk melihat segmen pasar. Analisis psikografik sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam hal kehidupan, pekerjaan dan aktivitas lainnya. Psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologis konsumen (psyco).
Psikografik adalah pengukuran kuantitatifgaya hidup, kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinions), yaitu pengukuran kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya, seperti yang dinyatakan oleh Kotler bahwa psikografik senantiasa menjadi metodologi yang valid dan bernilai bagi banyak pemasar (2002, p. 193). Solomon dalam Sumarwan (2003, p. 59) menjelaskan studi psikografik dalam beberapa bentuk seperti diuraikan berikut.
1. Profil gaya hidup (a lifestyle profile), yang menganalisis beberapa karakteristik yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai suatu produk.
2. Profil produk spesifik (a product-specific profile) yang mengidentifikasi kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut berdasarkan dimensi produk yang relevan.
3. Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang menjelaskan, menganalisis kaitan beberapa variabel dengan kepribadian ciri, misalnya kepribadian ciri yang mana yang sangat terkait dengan konsumen yang sangat memperhatikan masalah lingkungan.
4. Segmentasi gaya hidup (a general lifestyle segmentation), membuat pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya.
5. Segmentasi produk spesifik, adalah studi yang mengelompokkan konsumen berdasarkan kesamaan produk yang dikonsumsinya.


Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.

  1. Ceruk Pasar


Pengertian Ceruk Pasar

Ceruk pasar (Niche Market) dipahami sebagai segmen pasar yang spesifik, dengan kata lain kita memasarkan barang/jasa untuk di jual kepada sebuah golongan konsumen yang sudah kita tetapkan/menentukan target market dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan.

Di dalam niche market anda harus tahu segala sesuatu tentang produk yang akan dipasarkan, misalnya dengan melakukan riset. Anda harus tahu percis apa yang akan anda lakukan untuk sebuah produk sesuai dengan keunungan yang anda dapatkan. Lebih baik anda sudah pernah mencoba dan menggunakan produk yang akan anda pasarkan karena hal itu dapat membantu anda untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari produk tersebut. Salah satu keuntungan memilih niche market, anda hanya akan berfokus pada satu item produk yang anda pasarkan saja, sehingga anda akan lebih mudah untuk melayani pembeli.

2. Windows Shoping

Pengertian window shopping

Window shopping artinya melihat-lihat, baik melihat barang-barang yang di toko maupun ditempat lain.
Jalan-jalan di mall sambil melihat-lihat barang di balik etalase (window shopping) merupakan salah satu bentuk rekreasi. Orang yang melakukan cuci mata di pertokoan mungkin merasa senang hanya dengan membayangkan membeli barang-barang di balik etalase, atau menjadi tertarik untuk membelinya di kemudian hari.

3, Gaya Hidup Pergaulan Anak Muda 

Faktanya, zaman sekarang adalah zaman yang identik kecanggihan teknologi. Bahkan, terkadang ada sebagian orang yang hari-harinya selalu ditemani dengan teknologi. Di sisi lain, zaman sekarang juga identik dengan kehidupan atau gaya hidup anak muda seperti berikut:
  • Harus hang out. Saat ini, hang out dengan teman kampus, sekolah, atau kantor merupakan gaya hidup yang harus dilakukan, apalagi di kota-kota besar. Tak jarang sebagian orang yang berpendapat jika ia tidak hobi hang out, maka ia termasuk orang yang kurang pergaulan.
  • Punya jejaring sosial. Di sisi lain, sebagian anak muda berpendapat bukan anak gaul dan modern namanya kalau tidak memiliki jejaring sosial di zaman sekarang ini. Jejaring sosial yang sedang digandrungi oleh anak muda sekarang yakni Facebook, Twitter, Sobatme, dan lain sebagainya.
  • Pamer gadget. Tak jarang, sebagian anak muda yang saling berlomba untuk memiliki gadget keren nan canggih seperti Samsung Galaxy, Blackberry, Iphone, Ipad, dan lain sebagainya. Bahkan, mereka akan merasa jadul dan kuper jika tidak menggunakan gadget-gadget tersebut.
Sumber:


Proses Pembelian

 AIDA   

Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa cognitive (tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral/conative (tahap tindakan pembelian).
Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38 )

Teori keputusan pembelian dalam model AIDA dijelaskan dalam empat tahap sebagai berikut:
  • Tahap Menaruh Perhatian (Attention)
  • Tahap Ketertarikan (Interest)
  • Tahap Berhasrat/Berniat (Desire)
  • Tahap Memutuskan untuk aksi beli (Action)

Teori AIDA (Tjetjep Djatnika,2007) yang mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh Konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan.

IMPLUSE BUYING

Impulse buying adalah proses pembelian suatu barang, dimana sipembeli tidak mempunyai niatan untuk membeli sebelumnya.  Pembelian Tanpa rencana.  Ya ini adalah pembelian seketika.
Impluse buying terjadi karena beberapa faktor, seperti:

·         Yang pertama : dipengaruhi oleh Display / Penampakan / Merchandising / Signage.
Karena melihat sesuatu di dekat kasir,  maka si pembeli tiba-tiba teringat untuk membelinya juga.  Misalnya Permen, Koran, Coklat, Baterei, Majalah, dan sebagainya.  Biasanya barang-barang ini diletakkan di dekat check out counter – kasir.  Dan para Produsen itu ada yang rela membayar ”Placement Fee” tertentu untuk bisa meletakkan produk mereka didekat kasir.  Menjaring last minutes buyers tersebut.

·         Yang kedua : Karena Latah atau Ikut-ikutan
Melihat seorang Bapak yang keren dan modis mengambil deodoran A.  Maka dia ikutan untuk membeli deodoran tersebut.  Tertarik ingin seperti Bapak yang di lihat itu.  Padahal deodoran di rumahnya masih penuh, belum terpakai. Bisa juga karena melihat orang berkerumun dan berebutan membeli sekantong kelengkeng. maka dia cepat-cepat juga mengikuti dan pilah – pilih kelengkeng itu.  Padahal di rumah sudah ada buah satu kulkas penuh. 
·         Yang ketiga: Rayuan Promosi
Ini biasa dilakukan oleh Sales Promotion Gir l(SPG). Bisa juga karena ada iming-iming hadiah.  Misal mulanya dia nggak niat beli minuman kesehatan A, karena merasa belum perlu tetapi karena dirayu SPG yang cantik akhirnya jadi beli.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang membeli sesuatu diluar rencana, yaitu :
1. Hasrat untuk mencoba barang atau merk baru.
2. Pengaruh dari iklan yang ditonton sebelumnya.
3. Display dan kemasan produk yang menarik.
4. Bujukan Salesman atau Sales Promotion Girl.

Strategi produsen dalam menjaring impulse buying diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi atau promosi harus mind catching, misalnya : menggunakan publik figur sebagai bintang iklan.
2. Distribusi : produk harus semudah mungkin diakses oleh konsumen, misalnya : meletakkan produk (permen,coklat,batu battery, dan produk low involvement lainnya) di kasir swalayan atau toko. 
3. Display produk yang menarik. Sebagian besar konsumen yangmelakukan impulse buying adalah wanita dan anak-anak. Dan mereka biasanya tertarik dengan kemasan produk yang menarik. Mengapa fokus pada anak anak ? 
Walaupun mereka bukan yang pegang uang, dan tidak memiliki purchasing power yang independen, namun anaka-anak merupakan influencer yang tinggi dalam memilih barang. Bayangkan bila si kecil tiba-tiba mogok didepan barang yang diinginkannya, tentu orang tua tidak punya pilihan lain selain mengabulkan permintaannya.
4. Produk yang inovatif : konsumen cenderung mencoba produk produk baru. Dan, bisanya produk yang hanya rata rata, memiliki potensi yang rendah dalam menarik impulse buying. Usahakan produk Anda seinovatif mungkin, baik dari kualitas maupun kemasannya.


Sumber :